Thursday, June 20, 2013

Konsep At-Tadris, Surah Al-A'raf Ayat 169

Surah Al-A'raf Ayat 169


فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَٰذَا الْأَدْنَىٰ وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِن يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِّثْلُهُ يَأْخُذُوهُ ۚ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِم مِّيثَاقُ الْكِتَابِ أَن لَّا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ ۗ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (١٦٩ )

Artinya : "Maka setelah mereka, datanglah generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. Lalu mereka berkata, "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika harta benda dunia datang kepada mereka sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah mereka sudah terikat perjanjian dalam kitab (Taurat) bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Negeri akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu mengerti ?". 


Makna yang terkandung dalam surat Al-A'raf Ayat 169 ini menjelaskan mengenai konsep At-Tadris. Yaitu berupa pengajaran. Makna dari Tadarus adalah mempelajari/membaca apa yang ada dalam kitab (sepenuh hati) secara diulang-ulang.
at-Tadris adalah upaya menyiapkan murid (mutadarris) agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat, memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridla Allah (definisi secara luas dan formal).
Seorang guru itu adalah pembimbing anak muridnya agar tidak tersesat dalam kehidupannya. Dalam hal belajar siswa harus diajak berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar. Siswa diajak berpikir untuk menganalisis dan mengevaluasi, sehingga secara tidak langsung memberi peluang siswa untuk belajar kreatif, mengevaluasi diri dan belajar mengkritik dirinya sendiri, hal ini menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh dalam belajar
  

Monday, June 3, 2013

Konsep At-Tilawah, At-Ta'lim, dan At-tazkiyah

Konsep At-Tilawah, At-Ta'lim dan At-Tazkiyah 

I. Konsep At-Tilawah 
a. Definisi Tilawah 
    Tilawah secara bahasa artinya tabi'a - mutaba'ah artinya mengikuti. Bisa dengan cara mengikuti badannya atau orang, mengikuti hukumnya , dan mengikuti bacaannya dengan memperhatikan mengkaji isi yang terkandung di dalamnya. Atau dengan kata lain Tilawah berarti membaca dan memahami karena harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kebaikan. Sementara,qiraah yang berasal dari kata qara'a artinya menggabungkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat antara satu dengan yang lainnya dalam bacaan dengan tarril. Tartil adalah membaca dengan pelan-pelan dan memperhatikan tajwidnya. 


II. Konsep At-Ta'lim 
a. Definisi Ta'lim 
  Ta'lim secara bahasa berarti pengajaran. Secara istilah berati pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Atau dapat diartikan sebagai suatu cara menyadarkan jiwa atau diri untuk dapat memahami sebuah makna. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta'lim merupakan proses pemberian pengetahuan, pemahaman, penegrtian, tanggung jawab , sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Mengacu pada definisi ini, ta'lim berarti adalah usaha terus-menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju posisi tidak tahu ke posisi tahu. Tujuan Ta'lim yaitu mendorong untuk belajar, menyebarkan cinta tulis baca dalam kehidupan di antara manusia, dan mengetahui hakikat arti dan isi syariat atau mengetahui dasar hukum.

1. Manhaj al-Tilawah : Hal ini bermuatan penanaman awal Aqidah dan Akhlak 
2. Manhaj Tazkiyah : Dalam hal ini bermuatan pembersihan, aqidah, akhlak, dan harta
3. Manhaj Ta'lim  : Dalam hal ini bermuatan pengembangan pembinaan Rasulullah memdidik manusia agar berkembang maju, berilmu pengetahuan. 

III. Konsep al-Tazkiyah 
a. Definisi al-Tazkiyah 
Secara bahasa, tazkiyah annafs berasal dari dua kata yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berarti pembersihan, penyucian, atau pemurnian. Sedangkan annafs adalah kata yang multimakna yaitu diri, jasad, jiwa/ruh. Konsep Tazkiyah adalah konsep yang dipelopori oleh para tasawuf. Dalam Tazkiyah yang dikembangkan adalah tentang ilmu yang bermanfaat, amal sholeh, dan meninggalkan perbuatan tercela. 

Konsep pengajaran (At Ta'lim), Surat Al-Baqarah Ayat 31-32

Kandungan Surat Al-Baqarah Ayat 31-32 Dan Konsep Pengajaran At Ta'lim  

 

Artinya : "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para Malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar !".


Artinya : "Mereka menjawab,'Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana".


Kandungan dan Penafsiran Surat Al-Baqarah Ayat 31

Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda. Dalam ayat ini Allah SWT menunjukkan suatu keistimewaan yang telah dikaruniakannya kepada Nabi Adam as yang tidak pernah dikaruniakan-Nya kepada makhluk-makhluk lain, yaitu ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Dan keturunan ini diturunkan pula kepada keturunannya, yaitu umat manusia.

Kandungan dan Penafsiran Surat Al-Baqarah Ayat 32

Para malaikat yang ditanya itu secara tulus menjawab sambil menyucikan Allah, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Maksud mereka, apa yang Engkau tanyakan itu tidak pernah Engkau ajarkan kepada kami. Engkau tidak ajarkan kepada kami bukan karena Engkau tidak tahu, tetapi karena ada hikmah dibalik itu. Dari pengakuan para malaikat ini,dapatlah dipahami bahwa pertanyaan yang mereka ajukan (pada Al-Baqarah ayat 30) semula mengapa Allah mengangkat Nabi Adam as menjadi khalifah, bukanlah suatu sanggahan dari mereka terhadap kehendak Allah SWT, melainkan hanya lah sekedar pertanyaan untuk meminta penjelasan. Setelah penjelasan itu diberikan, dan setelah mereka mengakui kelemahan mereka , maka dengan rendah hati dan ketaatan mereka  mematuhi kehendak Allah, terutama dalam pengangkatan Nabi Adam sebagai khalifah. Ini juga mengandung pelajaran bahwa manusia yang telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak daripada makhluk Allah yang lainnya, hendaklah selalu mensyukuri nikmat tersebut, serta tidak menjadi sombong dan angkuh karena ilmu pengetahuan serta kekuatan akal dan daya pikir yang dimilikinya. 

Konsep Ta'lim Dalam Pendidikan Islam

Ta'lim merupakan suatu kegiatan yang didalamnya berisi kajian-kajian ilmu agama dan didalamnya terdapat penyaji materi dan peserta. Ta'lim mempunyai beberapa makna : 
a. Ta'lim adalah proses pemberitahuan sesuatu dengan berulang-ulang dan sering sehingga siswa dapat maknanya serta berbekas di dirinya. 
b. Ta'lim merupakan pembinaan intelektual, pemberian ilmu yang mendorong amal yang bermanfaat sehingga guru menjadi suri tauladan dalam perkataan dan perbuatan. 

Tujuan At  Ta'lim
a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengikuti ta'lim dan kajian-kajian ilmu islami sehingga dapat memotivasi untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT 
b. Agar ilmu yang disampaikan bermanfaat, melahirkan amal shalih, memberi petunjuk ke jalan kebahagiaan dunia akhirat untuk mencapai ridha Allah SWT

Kurikulum Pendidikan Islam, Surah Al-Luqman(31) Ayat 12-19

 
 
Surah Al-Luqman (31) Ayat 12-19



Artinya : "Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu "Bersyukurlah kepada Allah ! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri ; dan barang siapa tidak bersyukur ((kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji".
 Ayat 12 memguraikan tentang salah seorang yang bernama Luqman yang dianugerahi oleh Allah SWT hikmah. Para ulama mengajukan aneka keterangan tentang makna hikmah antar lain bahwa hikmah berarti " mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah". Kata syukur terambil dari kata syakara yang maknanya pujian atas kebaikan. Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya.
31:13

Artinya : " Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku ! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"

31:14

Artinya : "Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu".   
31:15

Artinya :"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".   
31:16

Artinya :"(Lukman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika jika ada (sesuatu perbutan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti". 
31:17

Artinya :"Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting".  
31:18
 Artinya : "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan dibumi dengan akuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri".
31:19
Artinya : "Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai".

Tafsir surah Al-Luqman ayat 12-19 merupakan inti dari kurikulum pendidikan islam. Kurikulum pendidikan islam merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Syarat kurikulum pendidikan islam adalah : 
1. Akidah 

2. Syariah 
3. Muamal
  




Pendidikan Life Skills, Kandungan Tafsir Surah An-Nisa(4) Ayat 9

Kandungan Tafsir Surah An-Nisa Ayat 9


 

Artinya : "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka  meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar". 


Kandungan tafsir surat An-Nisa ayat 9 ini memiliki esensi mengenai  pendidikan life skill. Ayat ini menerangkan bahwa setiap kelemahan dan kekurangan berupa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kesehatan fisik serta kelemahan intelegensi anak adalah tanggung jawab kedua orang tuanya maka ayat ini menegaskan bahwa setiap generasi itu harus memiliki kecakapan life skill agar tidak menjadi kaum yang tertinggal. 
Pengertian dari life skill itu sendiri adalah kecakapan hidup yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi masalah kehidupan secara wajar, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Unsur-unsur pendidikan life skills yaitu : 
  • Terampil mengenal diri (Soft skills)
  • Terampil berpikir rasional  (Soft skills)
  • Terampil bermasyarakat  (Soft skills)
  • Terampil bekerja (Vocational / Hard skills)
 SOFT SKILLS
INTRAPERSONAL
INTERPERSONAL
Awareness
Communication
Goal Setting
Motivation Skill
Belief
Team Building
Love
Mediation
Positive Energy

Consentration

Decision Making

  

Hubungan Pendidikan Life Skills dan Surah An-Nisa(4) Ayat 9  

Generasi muda adalah istilah yang mengacu kepada masa kehidupan seseorang yang berada diantara usia remaja dan dewasa. Gejala fisik dan psikis yang dialami para generasi muda sangat signifikan.. Diantaranya secara psikis generasi muda sangat bersemangat dan menggebu-gebu serta penuh dengan idealisme. Ajaran islam menaruh perhatian terhadap pembinaan generasi muda. Sehingga sejak dini pengenalan dan pembiasaan tentang nilai-nilai kehidupan sudah harus dimulai sejak dini. Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Generasi muda harus dibekali dengan soft skills yang lebih kuat. Karena yang lebih penting adalah soft skills jika dibandingkan dengan hard skills. Hard skills dapat dibentuk dengan pelatihan namun soft skills merupakan penanaman nilai-nilai moral sejak dini yang akan menjadi sebuah sikap dalam berperilaku.

Sunday, June 2, 2013

Tafsir Surah Al-Isra(17) Ayat 23-24 mengenai pendidikan karakter

Tafsir Surah Al-Isra(17) Ayat 23-24 

"Pendidikan Karakter"

17:23Artinya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik".


 17:24
 Artinya : "Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah.'Wahai Tuhanku!' Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil."

 Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Qur'an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal. Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara yang harus dilakukan. 

Wednesday, May 8, 2013

Orang Tua Sebagai Pendidik utama Dalam Keluarga, Surat At-Tahrim(66) ayat 6

Orang Tua sebagai Pendidik Utama Dalam Keluarga, Surat At-Tahrim (66) ayat 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". 

*Makna
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu, antara lain dengan meneladani Nabi dan peliharalah juga keluargamu yakni istri, anak-anak, dan seluruh yang berada dibawah tanggung jawab kamu dengan mendidik dan membimbing mereka agar kamu semua terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia kafir dan juga batu-batu antara lain yang dijadikan berhala-berhala. Malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati dan perlakuannya dalam melaksanakan tugas penyiksaan. 

* Isi kandungan  surat At-Tahrim ayat 6
Ayat enam di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendididkan harus bermula di rumah. Dalam hal ini berarti orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari surat At-Tahrim ayat 6 yakni perintah taqwa kepada Allah SWT dan berdakwah, anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka, dan pentingnya pendidikan islam sejak dini. Mendidik secara islami dapat dilakukan dengan cara mengajarkan, menunjukkan, mengarahkan, dan membimbing. Cara membina keluarga adalah dimulai dari diri sendiri supaya tidak masuk neraka, setelah itu memelihara seluruh isi rumah tangga termasuk istri dan anak-anak. 


Potensi Edukatif Manusia, Surat An-Nahl(16) ayat 78

Potensi Edukatif Manusia, An-Nahl (16) Ayat 78  
 
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
 
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberikan pendengaran, penglihatan, hati nurani, agar kamu bersyukur". 

Allah mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak  diketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu kita tanpa memahami dan mengetahui sesuatu apapun. Allah mengkaruniakan manusia akal  untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan buruk.Allah membuka mata bagi manusia untuk melihat apa yang tidak kita lihat sebelumnya. Dan Allah memberikan telinga agar manusia dapat mendengar suara-suara sehingga sebagian dari kita dapat memahami perbincangan satu sama lain. Sehingga manusia dapat saling mengenal dan membedakan. 
 لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Lafadz tersebut berarti "agar kamu bersyukur" maksudnya manusia hendaknya mensyukuri apa yang telah dikaruniakan Allah baik berupa pendengaran, penglihatan, hati nurani karena begitu banyak kenikmatan yang diperoleh oleh manusia. 
Pendengaran disebutkan paling utama karena sumber pengetahuan utama manusia adalah melalui pendengaran secara lahir dan batin. Melalui semua karunia yang telah diberikan Allah, manusia memiliki tugas dalam hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi untuk mengeksploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar di seluruh belahan bumi demi kemaslahatan hidup umat manusia, dan meraih keridaannya. Potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia hendaknya harus terus digali dan digunakan dengan benar dan dibutuhkan juga faktor-faktor yang mendukung seperti dari faktor keluarga, maupun lingkungan. 
3 Teori pendidikan sebagai potensi edukatif manusia : 
  1. Teori Nativisme : Manusia itu sangat bergantung pada potensi yang dibawa sejak lahir. Lingkungan tidak berpengaruh sama sekali 
  2. Teori Tabularasa (Jhon Locke)  :  teori yang ekstrim. Manusia sangat bergantung pada lingkungannya. 
  3. Teori Konvergensi : Teori ini memadukan antara keduanya. Dalam pendidikan islam lebih condong pada teori ini.
 

Friday, April 19, 2013

Ideologi Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5




Al-'Alaq 1-5
" Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan , Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya".


Penjelasan 

  • Pada ayat 1 kata iqra berasal dari kata qara'a yang berarti menghimpun. Menghimpun huruf-huruf kemudian diucapkan rangkaiannya dapat dikatakan telah membacanya.  Membaca itu adalah kata kerja transitif yang membutuhkan objek namun dalam konteks ini Iqra tidak disebutkan objeknya maka yang membaca itu bebas namun yang dibatasi adalah cara membacanya (adab membaca). Bukan objek yang tampak melainkan adab caranya yang dibatasi.
  • Pada ayat 2 Manusia berasal dari segumpal darah dan sebagai makhluk pertama yang disebut Allah dalam Al-Qur'an dan penciptaan manusia pun dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 
  • Pada ayat 3 Allah SWT memerintahkan nabi untuk kembali membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang tanpa mengulang-ngulang dan membiasakannya. 
  • Pada ayat 4 perumpamaan  qalam (pena) itu adalah ibarat sebuah ilmu, cara mendapatkan ilmu agar senantiasa ingat adalah menuliskan kembali ilmu yang kita tahu dan telah kita dapatkan. 
  • Pada ayat 5 kata-kata apa yang diketahuinya mengandung arti sesuatu yang belum diketahui namun bermanfaat. 

Makalah kelompok 1 Al-Qur'an & Hadis, Menjelaskan Definisi Al-Qur'an dan hadis serta kedudukannya dalam berbagai ilmu keislaman

BAB 1
A.    PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur melalui perantara malaikat Jibril. Keistimewaan Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab suci yang lain ialah kemurnian atau keaslian Al-Qur’an dijaga langsung oleh Allah, agar tidak ada satupun ayat-Nya yang berubah. Sebagaimana ditgaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan Kami pula-lah yang menjaganya”
Dari Al-Qur’an pula ilmu-ilmu pengetahuan berkembang, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama. Sedangkan Hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Fungsi hadis itu sendiri ialah sebagai penjelas apa yang ada dalam al-Qur’an. Jadi, kedudukan Hadis dalam bidang studi keislaman ialah menjelaskan secara terperinci apa yang ada di dalam al-Qur’an. Merupakan fungsi hadis lainnya ialah sebaga bukti atas ke-Rasulan Nabi Muhammad SAW .Pada makalah ini kami tidak menjelaskan kedudukan hadis dalam studi keIslaman, karena sudah sama-sama diketahui bahwa fungsi hadis itu sendiri ialah menjelaskan secara lebih terperinci dari ayat-ayat al-Qur’an.


BAB 2
DEFINISI AL-QUR’AN HADIS DAN KEDUDUKANNYA DALAM BIDANG ILMU KEISLAMAN
A.    Pengertian Al-Qur’an
Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan Qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari Qara’a, Qira’atan, waqur’anan. Allah menjelaskan,
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْ نَهُ فَتَّبِعْ قُرْءَا نَهُ(18)
“Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila Kami telah menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantaraan jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu.” (Al-Qiyamah: 17-18)
Qur’anah disini berarti qira’ah( bacaan atau cara membacanya). Jadi kata itu adalah akar kata (masdar) menurut wazan (tasrif) dari kata fu’lan seperti “ghufran” dan “syukron”. Al-Qur’an adalah kitab yang berisi firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab dan sampai kepada kita melalui periwayatan yang tidak terputus atau tawattur.
Secara khusus, Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Maka jadilah ia sebagai sebuah identitas diri. Dan sebutan Al-Qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian daripada ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka jika mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, maka dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an. [1]
“Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.”(Al-A’raf: 204)
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam memiliki banyak fungsi antara lain, sebagai bukti atas kerasulan Muhammad SAW, Sebagai pedoman hidup manusia untuk membedakan yang hak dan yang batil (Al-Furqan). Dapat menjadi peringatan (Al-Dzikr) manakala manusia lalai dalam menjalankan syariat yang dititahkan Tuhan, dapat menjadi pemberi keterangan penjelasan (bayyin) ketika manusia mengalami kebuntuan dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi, dan sebgai petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariat, dan akhlak.[2]
Al-Qur’an adalah risalah Allah untuk seluruh umat manusia. Banyak dalil-dalil yang secara mutawatir diriwayatkan berkaitan dengan masalah ini, baik dari al-Qur’an maupun dari hadis, di antaranya,
“Katakanlah (hai Muhammad); Hai sekalian manusia! Sesungguhnya Aku adalah pesuruh Allah kepada kamu semua, (diutus oleh Allah) yang menguasai langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang menghidupkan dan mematikan. Oleh sebab itu, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalmat-kalimatNya (kitab-kitabNya); ikutilah dia, supaya kamu mendapat hidayah.”(Al-A’raf: 158)
Allah telah menetapkan untuk memelihara Al-Qur’an dengan cara penyampaian yang mutawatir sehingga tidak terjadi penyimpangan atau perubahan apapun. Di antara gambaran tentang Jibril yang membawanya turun ialah, “Ia dibawa turun oleh Malaikat Jibril yang amanah.” (Asy-Syu’ara’: 193)
Gambaran lainnya juga tentang Al-Qur’an,
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar Kalamullah (yang disampaikan oleh Jibril) Utusan yang mulia. Yang kuat, gagah, lagi berkedudukan tinggi disisi Allah yang mempunyai Arasy. Yang ditaati disana (dalam kalangan malaikat), dan dipercaya. Sebenarnya sahabat kamu (Nabi Muhammad) itu (wahai golongan yang menentang Islam), bukanlah orang gila (seperti yang kamu tuduh); Dan (Nabi Muhammad yakin bahwa yang disampaikan kepadanya ialah wahyu dari Tuhan). Sesungguhnya Nabi Muhammad telah mengenal dan melihat Jibril di kaki langit yang nyata. Tidaklah patut Nabi Muhammad seorang yang bisa dituduh dan di sangka buruk, tentang penyampaiannya mengenai perkara-perkara yang gaib.” (At-Takwir: 19-24)
“Bahwa sesungguhnya (yang dibacakan kepada kamu) itu ialah Al-Qur’an yang mulia, (yang senantiasa memberi ajaran dan pimpinan), yang tersimpan dalam kitab yang cukup terpelihara, yang tidak disentuh melainkan oleh makhluk-makhluk yang diakui bersih dan suci.”(Al-Waqi’ah: 77-79)[3]

B.     Pengertian Hadis
Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru – lawan dari al-Qadim (lama) – artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat seperti (orang yang baru masuk/memeluk agama islam). Hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadis. Hadis dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat di lihat pada beberapa ayat al-qur’an, seperti QS. Al-Thur (52) : 34, QS. Al-Kahfi (18) : 6, dan QS. Al-Dhuha (93) : 11. Demikian pula dapat dilihat pada hadis berikut
يُو شِكُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقُولَ هَذَا كِتَابُ أللَّهِ مَا وَجَدْنَا فِيْهِ مِنْ حَلاَلٍ اسْتَحْلَلْنَاهُ وَمَا وَجَدْنَا فِيْهِ مِنْ حَرَامٍ حَرَّمْنَاهُ أَلاَ مَنْ بَلَغَهُ عَنِّي حَدِيْثٌ فَكَذَبَ بِهِ فَقَدْ كَذَبَ بِهِ ثَلاَثَةً, اللَّهُ وَ رَسُوْلَهُ وَالَّذِي حَدَثَ بِهِ
“Hampir-hampir ada seseorang diantara kamu yang akan mengatakan “ini kitab Allah” apa yang halal didalamnya kami halalkan dan apa yang diharamkan didalamnya kami haramkan. Ketahuilah barang siapa yang sampai kepadanya suatu hadis dariku kemudian dia mendustakannya, berati ia telah mendustakan tiga pihak, yakni Allah, Rasul, dan orang yang menyampaikan hadis tersebut”. [4]
Secara umum fungsi Hadis adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al-Qur’an yang sangat dalam dan global atau li al-bayan (menjelaskan). Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai bentuk penjelasan. Secara garis besar ada empat makna fungsi penjelasan (bayan) Hadis terhadap Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut[5]:
a.       Posisi hadis  memperkuat keterangan al-Qur’an (ta’kid).
b.      Hadis sebagai penjelas (bayan) terhadap Al-Qur’an. Penjelasan yang diberikan ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat global (tafsil al-mujmal)
2.      Hadis mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an yang umum (takhshish al-‘amm)
3.      Membatasi kemut’lakan ayat al-Qur’an (taqyid al-muthlaq)
c.       Hadis mencabang dari pokok dalam al-Qur’an (tafri’ ‘ala al-ashl)
d.      Menciptakan hukum syari’at (tasyri’) yang belum dijelaskan oleh al-Qur’an, disebut bayan tasyri’
1.      Bentuk-bentuk Hadis
a.       Hadis Qauli : segala yang disandarkan kepada Nabi SAW yang berupa perkataan atau ucapan yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa, dan keadaan, baik yang berkaitan dengan akidah, syari’ah, akhlak, maupun yang lainnya.
b.      Hadis Fi’li : segala yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa perbuatannya yang sampai kepada kita.
c.       Hadis Taqriri : segala hadis yang berupa ketetapan Nabi SAW terhadap apa yang datang dari sahabatnya.
d.      Hadis Hammi : hadis yang berupa hasrat Nabi SAW yang belum terealsasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura.
e.       Hadis Ahwali : hadis yang berpa hal ihwal Nabi SAW yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya.[6]
Ada beberapa istilah lain yang merupakan sinonim dari kata hadis, yaitu sunah, khabar, dan atsar.[7]
a.       Sunah : menurut bahasa adalah (al-sirah) yang artinya perjalanan atau sejarah baik atau buruk masih bersifat umum. Perbedaan hadis dan sunah, jika penyandaran sesuatu kepada Nabi walaupun baharu sekali dikerjakan atau bahkan masih berupa azam (hadis wahmi) menurut sebagian ulama disebut hadis bukan sunah. Sunah harus sudah berulang kali atau menjadi kebiasaan yang telah dilakukan Rasul.
b.      Khabar : menurut bahasa diartikan al-naba atau berita. Dari segi istilah muhadditsin identik dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi (baik secara marfu’ atau mawaquf dan atau maqthu’) baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Mayoritas ulama mengkhususkan hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi, sedang Khabar sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain, termasuk berita-berita umat dahulu, para Nabi, dan lain-lain. Dengan demikian khabar lebih umum daripada hadis dan dapat dikatakan bahwa setiap hadis adalah khabar dan tidak sebaliknya.
c.       Atsar : menurut bahasa atsar diartikan peninggalan Nabi atau bekas sesuatu maksudnya peninggalan nabi atau diartikan al-manqul (yang dipindahkan dari Nabi). Jadi, Atsar lebih umum daripada Khabar, karena Atsar adakalanya berita yang datang dari Nabi dan dari yang lain, sedangkan Khabar adalah berita yang datang dari Nabi atau sahabat, sedangkan Atsar adalah yang datang dari Nabi atau dari sahabat, dan yang lain.[8]
C.    Kedudukan Al-Qur’an dan Hadis dalam Studi Ilmu Keislaman
Dengan adanya Al-Qur’an, maka muncullah berbagai ilmu pengetahuan Islam. Karena ingin memahami isi kandungan Al-Qur’an, orang menciptakan ilmu Tafsir. Karena ingin mengerti maksud Al-Qur’an, orang bertanya pada Nabi Muhammad. Dan ucapan (penjelasan), atau perbuatan Nabi, atau penetapannya menjadi penjelasan maksud Al-Qur’an. Dengan demikian, muncul ilmu Hadis. Karena ingin mebaca al-Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah bahasa Arab, muncullah ilmu Nahwu/Sharaf. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam al-Qur’an, seperti yang dikatakan oleh M. Quraish Shihab, terdapat jiwa ayat-ayat yang mendorong terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu umum atau ilmu-ilmu agama.
1.      Teologi Islam
Ilmu kalam atau teologi termasuk salah satu bidang studi islam yang amat dikenal baik oleh kalangan akademis maupun oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini terlihat dar keterlibatan ilmu tersebut dalam menjelaskan berbagai masalah yang muncul dikalangan masyarakat. Menurut Ibn Khaldun, sebagaimana dikutip A. Hanafi, ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah. Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu teologi juga berbicara tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan keimanan serta akibat-akibatnya, seperti masalah iman, kufur, musyrik, murtad, masalah kehidupan akhirat dengan berbagai kenikmatan atau penderitaannya, hal-hal yang membawa  pada semakin tebal dan tipisnya iman, hal-hal yang berkaitan dengan kalamullah yakni Al-Qur’an, status orang-orang yang tidak beriman dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan ruang lingkup pembahasan ilmu ini, maka Theologi terkadang dinamai pula Ilmu Tauhid, Ilmu Usluhuddin, Ilmu Aqaid dan Ilmu ketuhanan. Dinamai ilmu tauhid, karena ilmu ini mengajak orang agar meyakini dan mempercayai hanya pada satu Tuhan yaitu Allah SWT. Selanjutnya dinamai ilmu usluhuddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan, dinamai ilmu Aqaid karena dengan ilmu ini seseorang diharapakan agar meyakini dalam hatinya secara mendalam dan mengikatkan dirinya hanya pada Allah sebagai Tuhan. [9]
Firman Allah SWT :
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوا أمِنُوْا بِاللَّهِ وَ رَسُوْلِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلَى رَسُوْلِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِيْ أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ° وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَ مَلَآئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الأَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَا لاً بَعِيْدًا . (النساء : 136)
“Hai orang-orang yang beriman, yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, dan kepada kitab-kitab terdahulu. Baang siapa yang kafir kepada  Allah, malaikat-malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan Hari Kemdian maka sesungguhnya orng itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya”. (Q.S al-Nisa, 4 : 136)[10]
2.      Ilmu Hukum (fiqh)
Fiqih atau hukum Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang paling dikenal oleh masyarakat. Hal ini antara lain karena fiqih terkait langsung dengan kehidupan masyarakat. Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia manusia selalu berhubungan dengan fiqih. Tentang siapa misalnya yang harus bertanggung jawab memberi nafkah terhadap dirinya, siapa yang menjadi ibu bapaknya, sampai ketika ia dimakamkan terkait dengan fiqih. Karena sifat dan fungsinya yang demikian itu, maka fiqih dikategorikan sebagai ilmu al-hal, yaitu ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku kehidupan manusia, dan termasuk ilmu yang wajib dipelajari, karena dengan ilmu itu pula seseorang baru dapat melaksanakan kewajibannya mengabdi kepada Allah melalui ibadah Shalat, puasa, haji, dan sebagainya.[11]
Hukum Islam atau fiqh didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang hukum-hukum syari’at yang bersifat amaliyah praktis, diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Dalil-dalil yang dimaksud dalam definisi tersebut antara lain bersumber pada Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang sempurna dan terakhir untuk manusia, harus dijadikan pedoman utama, bahkan tunggal bagi manusia sebagai sumber hukum.[12]
3.      Ilmu Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Hal ini berbeda dengan aspek fiqih, khususnya pada bab thaharah yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek jasmaniah atau lahiriah. Islam sebagai agama yang bersifat universal dan mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia selain menghendaki kebersihan lahiriah juga menghendaki kebersihan batiniah, lantaran penilaian yang sesungguhnya dalam Islam diberikan pada aspek batinnya.[13]
Tasawuf atau sufisme bertujuan agar seseorang secara sadar memperoleh langsung hubungan dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa ia berada dihadirat Tuhan. Paham bahwa Tuhan dekat dengan menusia yang merupakan ajaran dasar tasawuf itu terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis. Ayat 186 surat Al-Baqarah misalnya mengatakan,
وَ إِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّي فَإِنِّي قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ (البقرة : 186)
“jika hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang diri-Ku, Aku adalah dekat. Aku mengabulkan seruan orang yang memanggil ia panggil Aku”.
Ayat 115 dari surat Al-Baqarah juga mengatakan :
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ (البقرة : 115)
“Timur dan Barat kepunyaan Allah, maka kemana saja kamu berpaling dari situ (kamu jumpai) wajah Allah”.
Lebih tegas lagi dinyatakan dalam surat Qaf ayat 16 :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَارِيْدِ. (ق:16)
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Kami lebih dekat kepadanya daripada pembuluh darahnya sendiri”.
Ayat-ayat di atas menunjukan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber bagi disiplin ilmu tasawuf.[14]
4.      Filsafat Islam
Filsafat islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegang teguh pada doktrin ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok tersebut nampak bahwa kelompok terakhir masih cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama. Kajian filsafat islam baru dilakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di akhir abad ke 20 ini. Sedangkan pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat melemahkan iman. Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakikatnya merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun hal ini tidak diterapkan, melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan.[15]
Dari segi bahasa, filsafat islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan islam. Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah.Dengan demikian secara bahasa filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selanjutnya kata islam berasal dari bahasa Arab aslama, yuslimu islaman yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat dan sentosa. Selanjutnya Islam menjadi suatu istilah atau nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan hadis.
Filsafat islam dapat diketahui melalui lima cirinya yaitu. Pertama, dilihat dari segi sifat dan coraknya, filsafat islam berdasar pada ajaran islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan hadis. Dengan sifatnya yang demikian itu, filsafat islam berbeda dengan filsafat yunani atau filsafat barat yang pada umumnya semata-mata mengandalkan akal pikiran (rasio). Kedua, dilihat dari segi ruang lingkup pembahasannya, filsafat islam mencakup pembahasan bidang fisika atau alam raya yang selanjutnya disebut bidang kosmologi, masalah ketuhanan dan hal-hal lain yang bersifat non materi, yang selanjutnya disebut bidang metafisika, masalah kehidupan di dunia , kehidupan di akhirat, masalah ilmu pengetahuan, kebudayaan dan lain sebagainya, kecuali masalah zat Tuhan. Ketiga, dilihat dari segi datangnya, filsafat islam sejalan dengan perkembangan ajaran islam itu sendiri, tepatnya ketika bagian dari ajaran islam memerlukan penjelasan secara rasional dan filosofis, Keempat, dilihat dari segi yang mengembangkannya, filsafat islam dalam arti materi pemikiran filsafatnya, bukan kajian sejarahnya, disajikan oleh orang-orang yang beragama islam, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibn-Rusyd, Ibn Tufail, Ibn Bajjah. Kelima, dilihat dari segi kedudukannya, filsafat islam sejajar dengan bidang studi keislaman lainnya seperti fiqih, ilmu kalam, tasawuf, sejarah kebudayaan islam dan pendidikan islam.[16]



[1] Syaikh Manna ‘ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta :Pustaka Al-Kautsar;2011,cet ke-6, h.16
[2] Achmad Gholib, Studi Islam, Jakarta : Faza Media, 2006, cet .ke-2, h.44
[3] Syaikh Manna ‘ Al-Qaththan, Op. Cit., h.12 & 14
[4] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, Jakarta : RajaGrafindo Persada : 1993, h.1-2
[5] Achmad Gholib, Op. Cit., h.102-104
[6] Munzier Suparta, Op. Cit., h.18-22
[7] Achmad Gholib, Studi Islam, Jakarta: Faza Media: 2006, cet ke-6, h.98-99
[8] Achmad Gholib, Ibid., h.100
[9] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT  RajaGrafindo Persada, 2006, h. 267-269
[10] Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000, cet ke-7, h.142
[11] Ibid, h.295
[12] Achmad Gholib, Studi Islam, Jakarta : Faza Media, 2005, cet-2, h.71.
[13] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 283
[14] Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000, cet ke-7, h.144-145
[15]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, h.251
[16] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, h.254-257